Masalah Penduduk, Masyarakat dan Budaya




Seiring berjalannya waktu, kesenian asli Betawi "Ondel-ondel" kini mudah ditemui di jalanan. Sayangnya, penampilan itu dalam wujud sebagai pengamen

Ngamen dengan ondel-ondel ini alhasil menjadi sesuatu yang baru dan mengundang kontroversi. Mengapa para pengamen ini menggunakan ondel-ondel untuk mengamen? Apa motivasi mereka menggunakan ondel-ondel, yang notabene merupakan warisan luhur budaya Jakarta, sebagai alat mencari nafkah di jalanan?
Ondel - ondel sebutan bagi boneka besar betawi yang biasa muncul saat upacara pernikahan suku betawi, penganten, sunat & acara lainnya yang dipercaya sebagai simbol nenek moyang untuk mengusir roh jahat/penyakit/wabah/musibah. 
Fungsi sakral ondel-ondel kala itu, dibikin dengan mantra-mantra dan sesaji. Setelahnya, masyarakat percaya, ondel-ondel akan dimasuki dewa penolong. Sehingga untuk melawan dan mengusir roh-roh jahat, mereka harus dipikul dan diarak berkeliling kampung .Warga juga diminta menabuh kentongan, memukul pohon-pohon besar, serta memasang sesaji pada tempat keramat.

MENURUT SAYA :
hakikatnya dulu kala ondel-ondel memang mengamen keluar masuk kampung karena fungsinya sebagai tolak bala,Ialu kampung yang dilalui ondel-ondel akan berterima kasih karena dijauhkan dari bala. Atas jasanya, ondel-ondel lalu disawer, uang atas jasa pengamanan spiritual. Sehingga bisa dikatakan, maraknya ondel-ondel ngamen, justru mengembalikan tradisi awal ondel-ondel. Karena ketidak  pahaman tradisi, sejarah, serta pandangan konsep adiluhung budaya, maka ada respons seolah-olah itu merendahkan, padahal [seperti] itulah tradisinya. Tapi kini panggilan manggung ondel ondel mulai sepi, jadi hampir semua sanggar mengerahkan ondel-ondel mereka untuk mengamen

Pementasan kesenian ondel-ondel ada aturannya, seperti :
  • musik pengiringnya harus musik hidup (live)
  • pemain musiknya harus pakai seragam
  • terus pementasannya ini harus waktu-waktu tertentu
Namun  yang terjadi saat ini ngamen dengan ondel ondel  :
  • Iringan musik telah digantikan oleh rekaman, sehingga cita rasa seninya hilang.
  • Pemain musiknya menggunakan pakaian lusuh yang tak memperlihatkan kebudayaan Betawi sama sekali
  • Dan kita sering melihat iring-iringan ondel-ondel di jalanan saat Magrib ataupun tengah hari, sambil menengadahkan panci atau ember kecil meminta recehan kepada warga yang ditemuinya
  • Sering kali ngamen ondel ondel ini menggangu lalu lintas
Hal hal ini yang menyebabkan beberapa kontroversi mengamen dengan ondel ondel seperti meremehkan budaya ondel ondel tersebut.
SARAN SAYA :
  1. Pemerintah memberikan suatu wadah supaya para pengamen ondel-ondel dapat berkumpul jika memang mereka harus berkeliling, setidaknya berada di tempat keramaian yang terpusat, seperti di Taman Mini Indonesia Indah (TMII),Monumen Nasional (MONAS) bukan malah dijalan raya yang akan menggangu lalu lintas
  2. Pemerintah dapat mengatur keberadaan ondel-ondel ini, bukan hanya mengusir. agar ondel-ondel ini  tetap terjaga dan sakralnya sebagai budaya betawi
  3. Pemerintah mengatur pengamen ondel-ondel tersebut dengan memberikan informasi untuk mereka terkait acara festival yang sedang membutuhkan pagelaran ondel-ondel
  4. Pemerintah DKI Jakarta lebih proaktif membantu sanggar-sanggar ondel-ondel dan kesenian Betawi lain
  5. Pemerintah, agar  membuka cagar budaya, Festival Palang Pintu, dan mendaftaran budaya Betawi sebagai budaya warisan dunia.
  6. kita sebagai generasi muda harus mau unuk Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan
  7. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain
  8. Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat bertahan

SUMBER ARTIKEL :
https://www.liputan6.com/news/read/3361235/fenomena-ondel-ondel-jadi-pengamen-jalanan-pemerintah-diminta-beri-pembinaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini